40 Hadits Seputar Ramadhan (4)


19

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَكَلَ نَاسِيًا وَهُوَ صَائِمٌ فَلْيُتِمَّ صَوْمَهُ فَإِنَّمَا أَطْعَمَهُ اللَّهُ وَسَقَاهُ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa makan karena lupa bahwa dia sedang berpuasa, maka hendaklah ia sempurnakan puasanya. Karena sesungguhnya Allah yang telah memberinya makan dan memberinya minum.”
[HR al-Bukhari no. 6176, Muslim no. 1952]

20

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقَبِّلُ وَيُبَاشِرُ وَهُوَ صَائِمٌ وَكَانَ أَمْلَكَكُمْ لِإِرْبِهِ

Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mencium dan mencumbu (isteri-isteri beliau) padahal beliau sedang berpuasa. Dan beliau adalah orang yang paling mampu mengendalikan nafsunya dibanding kalian.”
[HR al-Bukhari no. 1792, at-Tirmidzi no. 661]

21

عَنْ لَقِيطِ بْنِ صَبِرَةِ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَخْبِرْنِي عَنْ الْوُضُوءِ قَالَ أَسْبِغْ الْوُضُوءَ وَخَلِّلْ بَيْنَ الْأَصَابِعِ وَبَالِغْ فِي الِاسْتِنْشَاقِ إِلَّا أَنْ تَكُونَ صَائِمًا

Dari Laqhith bin Shabirah berkata: Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, kabarkan kepadaku tentang wudhu?” Beliau menjawab: “Sempurnakanlah wudhu, basuhlah sela-sela jarimu dan lakukanlah istinsyaq (membersihkan rongga hidung) dalam-dalam, kecuali jika kamu sedang berpuasa.”
[HR at-Tirmidzi no. 718, Abu Dawud no. 123]

Istinsyaq adalah membersihkan rongga hidung dengan cara menghirup air ke dalam hidung kemudian menyemburkannya kembali.

22

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ يَقُولُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ يَوْمَئِذٍ وَلَا يَصْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ أَحَدٌ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ

Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Apabila hari seseorang kalian berpuasa, maka janganlah ia berbuat rafats (berbuat atau berkata yang tidak senonoh) dan jangan berbantah-bantahan. Maka jika ada seseorang mencelanya atau mengajaknya bertengkar, maka katakanlah, “Sesungguhnya aku berpuasa”.
[HR Ahmad no. 24875, al-Bukhari no. 1771]

23

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ بِأَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan dusta, maka Allah tidak butuh ia meninggalkan makan dan minumnya (tidak menerima puasanya –pent.)
[HR at-Tirmidzi no. 641, al-Bukhari no. 1770]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

The Prehistoric Period (Zaman Prasejarah)

The Prehistoric period of human history, before written records were kept, is often divided into three main eras: the Stone Age, the Bronze ...