40 Hadits Seputar Ramadhan (7)


32

عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّهُ سَأَلَ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا كَيْفَ كَانَتْ صَلَاةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي رَمَضَانَ فَقَالَتْ مَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلَا فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي ثَلَاثًا قَالَتْ عَائِشَةُ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَتَنَامُ قَبْلَ أَنْ تُوتِرَ فَقَالَ يَا عَائِشَةُ إِنَّ عَيْنَيَّ تَنَامَانِ وَلَا يَنَامُ قَلْبِي

Dari Abu Salamah bin 'Abdurrahman bahwasanya dia pernah bertanya kepada 'Aisyah radhiyallahu 'anha tentang cara shalat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di bulan Ramadhan. Maka 'Aisyah menjawab, “Tidaklah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melaksanakan shalat malam di bulan Ramadhan dan di bulan-bulan lainnya lebih dari sebelas raka'at. Beliau shalat empat raka'at, dan jangan kamu tanya tentang bagus dan panjangnya, kemudian beliau shalat empat raka'at lagi, dan jangan kamu tanya tentang bagus dan panjangnya, kemudian beliau shalat tiga raka'at.” 'Aisyah melanjutkan, “Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah anda tidur sebelum melaksanakan witir?” Beliau menjawab: "Wahai 'Aisyah, kedua mataku tidur, namun hatiku tidaklah tidur”.
[HR al-Bukhari no. 1079, Muslim no. 1219]

33

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ لَيْلَةً مِنْ جَوْفِ اللَّيْلِ فَصَلَّى فِي الْمَسْجِدِ وَصَلَّى رِجَالٌ بِصَلَاتِهِ فَأَصْبَحَ النَّاسُ فَتَحَدَّثُوا فَاجْتَمَعَ أَكْثَرُ مِنْهُمْ فَصَلَّى فَصَلَّوْا مَعَهُ فَأَصْبَحَ النَّاسُ فَتَحَدَّثُوا فَكَثُرَ أَهْلُ الْمَسْجِدِ مِنْ اللَّيْلَةِ الثَّالِثَةِ فَخَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَصَلَّى فَصَلَّوْا بِصَلَاتِهِ فَلَمَّا كَانَتْ اللَّيْلَةُ الرَّابِعَةُ عَجَزَ الْمَسْجِدُ عَنْ أَهْلِهِ حَتَّى خَرَجَ لِصَلَاةِ الصُّبْحِ فَلَمَّا قَضَى الْفَجْرَ أَقْبَلَ عَلَى النَّاسِ فَتَشَهَّدَ ثُمَّ قَالَ أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّهُ لَمْ يَخْفَ عَلَيَّ مَكَانُكُمْ وَلَكِنِّي خَشِيتُ أَنْ تُفْتَرَضَ عَلَيْكُمْ فَتَعْجِزُوا عَنْهَا فَتُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالْأَمْرُ عَلَى ذَلِكَ

Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam keluar di tengah malam lalu melaksanakan shalat di masjid, dan beberapa orang shalat mengikuti shalat beliau. Pada waktu paginya orang-orang membicarakan kejadian tersebut. Maka pada malam berikutnya, berkumpul lah lebih banyak orang, lalu beliau shalat dan mereka mengikuti shalat beliau. Pada malam ketiga, orang-orang yang berkumpul di masjid bertambah banyak. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar lalu melaksanakan shalat dan mereka mengikuti shalat beliau. Kemudian pada malam yang keempat, masjid sudah penuh dengan jama'ah hingga beliau keluar hanya untuk shalat Shubuh. Setelah beliau selesai shalat Fajar, beliau menghadap kepada orang banyak lalu membaca syahadat kemudian bersabda: “Amma ba'du, sesungguhnya aku bukannya tidak tahu keberadaan kalian (semalam). Akan tetapi aku kuatir nanti menjadi diwajibkan atas kalian lalu kalian berat melaksanakannya.” Maka setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam wafat, urusan (shalat tarawih) itu tetap seperti itu.
[HR al-Bukhari no. 1873, Ibnu Hibban no. 141]

34

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدٍ الْقَارِيِّ أَنَّهُ قَالَ خَرَجْتُ مَعَ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ لَيْلَةً فِي رَمَضَانَ إِلَى الْمَسْجِدِ فَإِذَا النَّاسُ أَوْزَاعٌ مُتَفَرِّقُونَ يُصَلِّي الرَّجُلُ لِنَفْسِهِ وَيُصَلِّي الرَّجُلُ فَيُصَلِّي بِصَلَاتِهِ الرَّهْطُ فَقَالَ عُمَرُ إِنِّي أَرَى لَوْ جَمَعْتُ هَؤُلَاءِ عَلَى قَارِئٍ وَاحِدٍ لَكَانَ أَمْثَلَ ثُمَّ عَزَمَ فَجَمَعَهُمْ عَلَى أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ ثُمَّ خَرَجْتُ مَعَهُ لَيْلَةً أُخْرَى وَالنَّاسُ يُصَلُّونَ بِصَلَاةِ قَارِئِهِمْ قَالَ عُمَرُ نِعْمَ الْبِدْعَةُ هَذِهِ وَالَّتِي يَنَامُونَ عَنْهَا أَفْضَلُ مِنْ الَّتِي يَقُومُونَ يُرِيدُ آخِرَ اللَّيْلِ وَكَانَ النَّاسُ يَقُومُونَ أَوَّلَهُ

Dari 'Abdurrahman bin 'Abdul Qariy bahwa dia berkata: Aku keluar bersama 'Umar bin al-Khaththab radhiyallahu 'anhu pada malam Ramadhan menuju masjid. Ternyata orang-orang shalat berkelompok-kelompok secara berpencar-pencar. Ada orang yang shalat sendirian dan ada orang yang shalat diikuti oleh beberapa orang (ma’mum). Maka 'Umar berkata, “Aku pikir seandainya aku mengumpulkan mereka ini dengan dengan dipimpin satu orang qari’ (imam) sungguh lebih baik”. Kemudian 'Umar memantapkan keinginannya itu lalu mengumpulkan mereka (shalat berjama'ah) dipimpin oleh Ubay bin Ka'ab. Kemudian aku keluar lagi bersamanya pada malam yang lain dan ternyata orang-orang shalat dalam satu jama'ah dengan dipimpin seorang imam. 'Umar berkata, “Sebaik-baik bid'ah adalah ini, dan yang tidur terlebih dahulu adalah lebih baik daripada yang shalat awal malam”. Yang ia maksud ialah shalat di akhir malam. Sedangkan orang-orang (pada umumnya) melakukan shalat di awal malam.
[HR al-Bukhari no. 1871, Malik no. 231] 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

The Prehistoric Period (Zaman Prasejarah)

The Prehistoric period of human history, before written records were kept, is often divided into three main eras: the Stone Age, the Bronze ...