40 Hadits Seputar Ramadhan (9)


40

عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ فَرَضَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ الْفِطْرِ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ عَلَى الْعَبْدِ وَالْحُرِّ وَالذَّكَرِ وَالْأُنْثَى وَالصَّغِيرِ وَالْكَبِيرِ مِنْ الْمُسْلِمِينَ وَأَمَرَ بِهَا أَنْ تُؤَدَّى قَبْلَ خُرُوجِ النَّاسِ إِلَى الصَّلَاةِ

Dari 'Abdullah bin 'Umar radhiyallahu 'anhuma berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mewajibkan zakat fithri satu sha' dari kurma atau satu sha' dari gandum (yang wajib dikeluarkan atas) setiap hamba sahaya (budak) maupun yang merdeka, laki-laki maupun perempuan, kecil maupun besar dari kaum muslimin. Dan beliau memerintahkan agar ditunaikan sebelum orang-orang berangkat untuk shalat hari raya (Idul Fitri).”
[HR al-Bukhari no. 1407, Abu Dawud no. 1373]

41

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ نَهَى عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الْفِطْرِ وَيَوْمِ الْأَضْحَى

Dari Abu Sa'id dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, bahwasanya beliau melarang puasa pada hari raya Iedul Fitri dan Iedul Adlha.
[HR al-Bukhari no. 1855, Ibnu Majah no. 1711]

42

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَغْدُو يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ تَمَرَاتٍ وَيَأْكُلُهُنَّ وِتْرًا

Dari Anas bin Malik, ia berkata, “Adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak berangkat shalat Idul Fitri sebelum makan beberapa butir kurma, dan beliau makan dengan jumlah ganjil”.
[HR al-Bukhari no. 900]

43

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ صِيَامٌ صَامَ عَنْهُ وَلِيُّهُ

Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa meninggal dunia dan memiliki hutang puasa maka walinya yang berpuasa untuknya”.
[HR al-Bukhari no. 1816, Muslim no. 1935]

44

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أُمِّي مَاتَتْ وَعَلَيْهَا صَوْمُ شَهْرٍ أَفَأَقْضِيهِ عَنْهَا فَقَالَ لَوْ كَانَ عَلَى أُمِّكَ دَيْنٌ أَكُنْتَ قَاضِيَهُ عَنْهَا قَالَ نَعَمْ قَالَ فَدَيْنُ اللَّهِ أَحَقُّ أَنْ يُقْضَى

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, ia berkata: Seorang laki-laki mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata, “Sesungguhnya ibuku telah meninggal, dan ia memiliki hutang puasa satu bulan. Apakah saya harus menunaikannya?” Beliau menjawab: “Seandainya ibumu memiliki hutang uang, apakah kamu harus membayarkannya?” Laki-laki itu menjawab, “Ya”. Beliau bersabda: “Maka hutang kepada Allah lebih berhak untuk dilunasi”.
[HR Muslim no. 1937, al-Bukhari no. 1817]

45

عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

Dari Abu Ayyub al-Anshari radhiyallahu 'anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian diiringinya dengan puasa enam hari di bulan Syawwal, adalah seperti berpuasa sepanjang masa”.
[HR Muslim no. 1984, at-Tirmidzi no. 690]

46

عَنْ سَهْلٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ فِي الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ يُقَالُ أَيْنَ الصَّائِمُونَ فَيَقُومُونَ لَا يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ فَإِذَا دَخَلُوا أُغْلِقَ فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ

Dari Sahal radhiyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Dalam surga ada sebuah pintu yang disebut ar-Rayyan. Orang-orang yang berpuasa akan masuk lewat pintu itu pada Hari Kiamat. Tidak seorang pun yang masuk lewat pintu itu selain mereka. Dikatakan, “Mana orang-orang yang berpuasa?” Maka berdirilah mereka, tidak seorang pun yang bisa masuk lewat pintu itu selain mereka. Maka bila mereka telah masuk, ditutuplah pintu itu sehingga tidak seorangpun yang bisa masuk lewat pintu itu.”
[HR al-Bukhari no. 1763, Muslim no. 1947]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

The Prehistoric Period (Zaman Prasejarah)

The Prehistoric period of human history, before written records were kept, is often divided into three main eras: the Stone Age, the Bronze ...