The Prehistoric Period (Zaman Prasejarah)


The Prehistoric period of human history, before written records were kept, is often divided into three main eras: the Stone Age, the Bronze Age, and the Iron Age. These eras represent major shifts in human technology, society, and culture.
Periode prasejarah dalam sejarah manusia, sebelum catatan tertulis dibuat, sering dibagi menjadi tiga era utama: Zaman Batu, Zaman Perunggu, dan Zaman Besi. Era- era ini merepresentasikan pergeseran besar dalam teknologi, masyarakat, dan budaya manusia.

The Stone Age is the earliest period of human history, and it is divided into three phases: the Paleolithic, Mesolithic, and Neolithic. During this time, humans were hunters and gatherers, using stone tools to survive. They also developed language and complex social structures. In the Neolithic phase, humans began to domesticate plants and animals, leading to the development of agriculture and the establishment of permanent settlements.
Zaman Batu adalah periode sejarah manusia paling awal, dan dibagi menjadi tiga fase: Paleolitikum, Mesolitikum, dan Neolitikum. Selama periode ini, manusia hidup sebagai pemburu-pengumpul, menggunakan alat-alat batu untuk bertahan hidup. Mereka juga mengembangkan bahasa dan struktur sosial yang kompleks. Pada fase Neolitikum, manusia mulai membudidayakan tanaman dan hewan, yang memimpin pada perkembangan pertanian dan pembentukan permukiman permanen.

The Bronze Age followed the Stone Age, and it is characterized by the widespread use of bronze tools and weapons. This period began around 3000 BCE in some parts of the world and continued until the introduction of iron around 1200 BCE. Bronze was an alloy made from copper and tin, which was stronger than stone but less brittle than iron. The Bronze Age saw the rise of early civilizations such as Mesopotamia and Egypt, as well as the development of trade networks and the use of writing.
Zaman Perunggu mengikuti Zaman Batu, dan ditandai dengan penggunaan alat dan senjata perunggu yang luas. Periode ini dimulai sekitar 3000 SM di beberapa bagian dunia dan berlanjut hingga pengenalan besi sekitar 1200 SM. Perunggu adalah campuran dari tembaga dan timah, yang lebih kuat daripada batu tetapi kurang rapuh daripada besi. Zaman Perunggu menyaksikan munculnya peradaban awal seperti Mesopotamia dan Mesir, serta perkembangan jaringan perdagangan dan penggunaan tulisan.

The Iron Age followed the Bronze Age, and it is characterized by the widespread use of iron tools and weapons. This period began around 1200 BCE in some parts of the world and continued until the introduction of steel around 500 BCE. Iron was stronger and more durable than bronze, which made it a more efficient material for tools and weapons. The Iron Age saw the rise of more complex societies, including empires such as the Roman Empire, the Han Dynasty in China, and the Mauryan Empire in India.
Zaman Besi mengikuti Zaman Perunggu, dan ditandai dengan penggunaan alat dan senjata besi yang luas. Periode ini dimulai sekitar 1200 SM di beberapa bagian dunia dan berlanjut hingga pengenalan baja sekitar 500 SM. Besi lebih kuat dan tahan lama daripada perunggu, yang membuatnya lebih efisien sebagai bahan untuk alat dan senjata. Zaman Besi menyaksikan munculnya masyarakat yang lebih kompleks, termasuk kekaisaran seperti Kekaisaran Romawi, Dinasti Han di Cina, dan Kekaisaran Maurya di India.

In conclusion, the division of Prehistory into the Stone Age, the Bronze Age, and the Iron Age provides a useful framework for understanding the development of human technology and society. These eras represent major shifts in human history, from the earliest hunter-gatherer societies to the rise of early civilizations and empires. By studying the characteristics and contributions of each era, we can gain a better understanding of how human societies have evolved and how they continue to change.
Secara keseluruhan, pembagian Prasejarah menjadi Zaman Batu, Zaman Perunggu, dan Zaman Besi menyediakan kerangka kerja yang berguna untuk memahami perkembangan teknologi dan masyarakat manusia. Era- era ini merepresentasikan pergeseran besar dalam sejarah manusia, dari masyarakat pemburu-pengumpul awal hingga munculnya peradaban dan kekaisaran awal. Dengan mempelajari karakteristik dan kontribusi masing-masing era, kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana masyarakat manusia telah berevolusi dan bagaimana mereka terus berubah. 

The Difference Between History and Prehistory (Perbedaan antara Era Sejarah dan Prasejarah)


The main difference between history and prehistory is the existence of written records. History refers to the period of human existence for which we have written documentation, while prehistory refers to the period before the invention of writing.
Perbedaan utama antara sejarah dan prasejarah adalah adanya catatan tertulis. Sejarah mengacu pada periode keberadaan manusia yang memiliki dokumentasi tertulis, sedangkan prasejarah mengacu pada periode sebelum penemuan tulisan.

In prehistory, our knowledge of human societies comes from archaeological evidence and oral traditions. Archaeological evidence includes artifacts, such as tools and pottery, as well as human remains and structures such as cave paintings and megaliths. Oral traditions refer to stories and legends passed down through generations that offer insight into the beliefs, values, and customs of prehistoric societies.
Pada prasejarah, pengetahuan kita tentang masyarakat manusia didapatkan dari bukti arkeologi dan tradisi lisan. Bukti arkeologi termasuk artefak, seperti alat-alat dan tembikar, serta sisa-sisa manusia dan struktur seperti lukisan gua dan megalit. Tradisi lisan merujuk pada cerita dan legenda yang disampaikan dari generasi ke generasi yang memberikan wawasan tentang kepercayaan, nilai, dan adat istiadat masyarakat prasejarah.

History, on the other hand, begins with the emergence of written records in various parts of the world. Writing allowed people to record and preserve information, such as important events, religious beliefs, and cultural practices. Written records can be found in various forms, such as diaries, letters, government documents, and historical accounts.
Sejarah, di sisi lain, dimulai dengan munculnya catatan tertulis di berbagai bagian dunia. Penulisan memungkinkan orang untuk merekam dan mempertahankan informasi, seperti peristiwa penting, keyakinan agama, dan praktik budaya. Catatan tertulis dapat ditemukan dalam berbagai bentuk, seperti buku harian, surat, dokumen pemerintah, dan catatan sejarah.

Another significant difference between history and prehistory is the level of technological advancement. Prehistoric societies were limited by the tools and materials available to them, and they often had to adapt to changing environmental conditions. In contrast, historical societies had the benefit of technological advancements that allowed them to develop more complex societies, such as agriculture, trade, and industry.
Perbedaan signifikan lainnya antara sejarah dan prasejarah adalah tingkat kemajuan teknologi. Masyarakat prasejarah terbatas oleh alat dan bahan yang tersedia untuk mereka, dan mereka sering harus beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang berubah. Sebaliknya, masyarakat sejarah memiliki keuntungan dari kemajuan teknologi yang memungkinkan mereka untuk mengembangkan masyarakat yang lebih kompleks, seperti pertanian, perdagangan, dan industri.

Overall, the key difference between history and prehistory is the availability of written records. While prehistoric societies were limited by their lack of writing, they nonetheless developed complex cultures and societies that shaped human history. The study of prehistory is important in understanding the evolution of human societies and provides valuable insight into the origins of our modern world.
Secara keseluruhan, perbedaan utama antara sejarah dan prasejarah adalah ketersediaan catatan tertulis. Meskipun masyarakat prasejarah terbatas oleh kurangnya penulisan, mereka tetap mengembangkan budaya dan masyarakat yang kompleks yang membentuk sejarah manusia. Studi prasejarah penting dalam memahami evolusi masyarakat manusia dan memberikan wawasan yang berharga tentang asal-usul dunia modern kita.

World/Human History (Sejarah Dunia/Manusia)


The division of human history into distinct periods is a useful way to understand and study the past. One way to divide human history is by using a scheme that includes Prehistory, Holocene, Ancient, Postclassical, Modern, and Future.
Pembagian sejarah manusia menjadi periode yang berbeda adalah cara yang berguna untuk memahami dan mempelajari masa lalu. Salah satu cara untuk membagi sejarah manusia adalah dengan menggunakan skema yang mencakup Prasejarah, Holosen, Kuno, Post-klasik, Modern, dan Masa Depan.

Prehistory is the period of time before written records existed. It is typically divided into three main eras: the Stone Age, the Bronze Age, and the Iron Age. During this period, humans were hunter-gatherers and lived in small groups. They developed language, tools, and cultural practices, and eventually began to domesticate plants and animals.
Prasejarah adalah periode sebelum catatan tertulis ada. Biasanya dibagi menjadi tiga era utama: Zaman Batu, Zaman Perunggu, dan Zaman Besi. Selama periode ini, manusia adalah pemburu-pengumpul dan hidup dalam kelompok kecil. Mereka mengembangkan bahasa, alat, dan praktik budaya, dan akhirnya mulai membudidayakan tanaman dan hewan.

The Holocene epoch began approximately 12,000 years ago with the end of the last Ice Age. This period saw the rise of agriculture and the development of human civilizations. The Holocene is divided into three main eras: the Early Holocene, the Middle Holocene, and the Late Holocene. During this period, humans built cities, developed writing systems, and created complex social structures.
Epoch Holosen dimulai sekitar 12.000 tahun yang lalu dengan berakhirnya Zaman Es terakhir. Periode ini menyaksikan munculnya pertanian dan perkembangan peradaban manusia. Holosen dibagi menjadi tiga era utama: Awal Holosen, Tengah Holosen, dan Akhir Holosen. Selama periode ini, manusia membangun kota-kota, mengembangkan sistem tulisan, dan menciptakan struktur sosial yang kompleks.

The Ancient period refers to the time from the beginning of recorded history to the fall of the Western Roman Empire in 476 CE. This period saw the rise and fall of numerous empires, including those of the Greeks, Romans, and Egyptians. It was marked by significant cultural achievements in literature, art, philosophy, and science.
Periode Kuno mengacu pada waktu dari awal sejarah tertulis hingga runtuhnya Kekaisaran Romawi Barat pada tahun 476 M. Periode ini menyaksikan kemunculan dan kejatuhan banyak kekaisaran, termasuk Yunani, Romawi, dan Mesir. Ini ditandai dengan pencapaian budaya yang signifikan dalam bidang sastra, seni, filsafat, dan sains.

The Postclassical period refers to the time between the fall of the Western Roman Empire and the beginning of the modern era in the 15th century. This period saw the rise of Islam, the spread of Christianity, and the growth of powerful empires in Asia, Africa, and the Americas.
Periode Post-klasik mengacu pada waktu antara runtuhnya Kekaisaran Romawi Barat dan awal era modern pada abad ke-15. Periode ini menyaksikan munculnya Islam, penyebaran Kristen, dan pertumbuhan kekaisaran yang kuat di Asia, Afrika, dan Amerika.

The Modern period began with the Renaissance in the 15th century and continues to the present day. This period saw significant advancements in science, technology, and industry. It was marked by the rise of colonialism, the Industrial Revolution, and two World Wars.
Periode Modern dimulai dengan Renaisans pada abad ke-15 dan berlanjut hingga saat ini. Periode ini menyaksikan kemajuan yang signifikan dalam ilmu pengetahuan, teknologi, dan industri. Ini ditandai dengan munculnya kolonialisme, Revolusi Industri, dan dua Perang Dunia.

The Future period represents the time yet to come. It is shaped by current events and trends, including globalization, climate change, and technological advancements. The Future period is characterized by uncertainty, but also by the potential for new discoveries and innovations that could shape human history in ways we cannot yet imagine.
Periode Masa Depan mewakili masa yang belum datang. Ini dibentuk oleh peristiwa dan tren saat ini, termasuk globalisasi, perubahan iklim, dan kemajuan teknologi. Masa Depan ditandai dengan ketidakpastian, tetapi juga dengan potensi penemuan dan inovasi baru yang dapat membentuk sejarah manusia dengan cara yang belum kita bayangkan.

In conclusion, dividing human history into distinct periods provides a framework for understanding the past and can help us make sense of the present. By examining each period's unique characteristics and contributions, we can better understand how human societies have evolved and how they continue to change.
Sebagai kesimpulan, membagi sejarah manusia menjadi periode yang berbeda menyediakan kerangka kerja untuk memahami masa lalu dan dapat membantu kita memahami saat ini. Dengan memeriksa karakteristik dan kontribusi unik setiap periode, kita dapat lebih memahami bagaimana masyarakat manusia telah berevolusi dan bagaimana mereka terus berubah. 

Nama-nama Nabi dan Ibu Susu Beliau

Pemberian nama “Muhammad” adalah Taufiq dari Allah ‘azza wajalla.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَلَا تَعْجَبُونَ كَيْفَ يَصْرِفُ اللَّهُ عَنِّي شَتْمَ قُرَيْشٍ وَلَعْنَهُمْ يَشْتِمُونَ مُذَمَّمًا وَيَلْعَنُونَ مُذَمَّمًا وَأَنَا مُحَمَّدٌ

Dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidakkah kalian takjub (kagum) bagaimana Allah menghindarkan aku dari caci-maki Quraisy dan sumpah-serapah mereka? Mereka mencaci maki mudzammam (orang yang banyak dicela) dan mereka melaknat mudzammam, padahal aku adalah muhammad (orang yang banyak dipuji).”
[HR al-Bukhari no. 3269, an-Nasai no. 3384, Ahmad no. 7029]

عَنْ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ لِي أَسْمَاءً أَنَا مُحَمَّدٌ وَأَنَا أَحْمَدُ وَأَنَا الْمَاحِي الَّذِي يَمْحُو اللَّهُ بِيَ الْكُفْرَ وَأَنَا الْحَاشِرُ الَّذِي يُحْشَرُ النَّاسُ عَلَى قَدَمِي وَأَنَا الْعَاقِبُ الَّذِي لَيْسَ بَعْدِي نَبِيٌّ

Dari Jubair bin Muth’im radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya aku memiliki beberapa nama. Aku adalah Muhammad, Ahmad, al-Mahi (Penghapus) yang denganku Allah menghapus kekufuran, al-Hasyir (Penghimpun) yang manusia dikumpulkan di atas kakiku, al-‘Aqib (Pemungkas) yang tiada lagi Nabi setelahku.”
[HR at-Tirmidzi no. 2766, al-Bukhari no. 3268, Muslim no. 4342, ad-Darimi no. 2656, Ahmad no. 16134, Malik no. 1595]

Ibu Susu Beliau

عَنْ أُمَّ حَبِيبَةَ بِنْتَ أَبِي سُفْيَانَ أَنَّهَا قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ انْكِحْ أُخْتِي بِنْتَ أَبِي سُفْيَانَ فَقَالَ أَوَتُحِبِّينَ ذَلِكِ فَقُلْتُ نَعَمْ لَسْتُ لَكَ بِمُخْلِيَةٍ وَأَحَبُّ مَنْ شَارَكَنِي فِي خَيْرٍ أُخْتِي فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ ذَلِكِ لَا يَحِلُّ لِي قُلْتُ فَإِنَّا نُحَدَّثُ أَنَّكَ تُرِيدُ أَنْ تَنْكِحَ بِنْتَ أَبِي سَلَمَةَ قَالَ بِنْتَ أُمِّ سَلَمَةَ قُلْتُ نَعَمْ فَقَالَ لَوْ أَنَّهَا لَمْ تَكُنْ رَبِيبَتِي فِي حَجْرِي مَا حَلَّتْ لِي إِنَّهَا لَابْنَةُ أَخِي مِنْ الرَّضَاعَةِ أَرْضَعَتْنِي وَأَبَا سَلَمَةَ ثُوَيْبَةُ فَلَا تَعْرِضْنَ عَلَيَّ بَنَاتِكُنَّ وَلَا أَخَوَاتِكُنَّ قَالَ عُرْوَةُ وثُوَيْبَةُ مَوْلَاةٌ لِأَبِي لَهَبٍ كَانَ أَبُو لَهَبٍ أَعْتَقَهَا فَأَرْضَعَتْ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا مَاتَ أَبُو لَهَبٍ أُرِيَهُ بَعْضُ أَهْلِهِ بِشَرِّ حِيبَةٍ قَالَ لَهُ مَاذَا لَقِيتَ قَالَ أَبُو لَهَبٍ لَمْ أَلْقَ بَعْدَكُمْ غَيْرَ أَنِّي سُقِيتُ فِي هَذِهِ بِعَتَاقَتِي ثُوَيْبَةَ

Dari Ummu Habibah binti Abu Sufyan bahwa ia pernah berkata, “Wahai Rasulullah, nikahilah saudariku, putri Abu Sufyan”. Maka beliau balik bertanya, “Apakah engkau suka hal itu?” Saya menjawab, “Ya. Namun saya tidak mau ditinggalkan oleh engkau. Hanya saja aku suka bila saudariku ikut serta denganku dalam kebaikan.” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda, “Sesungguhnya hal itu tidaklah halal bagiku.” Saya berkata lagi, “Diberitakan bahwa engkau ingin menikahi putri Abu Salamah”. Beliau bertanya, “Putri Ummu Salamah?” Saya menjawab, “Ya”. Maka beliau bersabda, “Meskipun ia bukan anak tiriku, ia tidaklah halal bagiku. Sesungguhnya ia adalah anak saudaraku sesusuan. Tsuwaibah pernah menyusuiku dan juga Abu Salamah. Karena itu, janganlah kalian menawarkan anak-anak dan saudari-saudari kalian padaku!” ‘Urwah berkata, “Tsuwaibah adalah maula (mantan budak yang dimerdekakan oleh) Abu Lahab. Waktu itu, Abu Lahab memerdekakannya, lalu Tsuwaibah pun menyusui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan ketika Abu Lahab mati, ia pun diperlihatkan kepada sebagian keluarganya di dalam mimpi dengan keadaan yang sangat mengenaskan. Sang kerabat berkata padanya, “Apa yang engkau dapatkan?” Abu Lahab berkata, “Saya belum pernah mendapati sesuatu nikmat pun setelah kalian. Hanya saja saya diberi minum lantaran memerdekakan Tsuwaibah”.
[HR al-Bukhari no. 4711, Muslim no. 2626, Abu Dawud no. 1760, an-Nasai no. 3232, Ahmad no. 25414]

40 Hadits Seputar Ramadhan (9)


40

عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ فَرَضَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ الْفِطْرِ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ عَلَى الْعَبْدِ وَالْحُرِّ وَالذَّكَرِ وَالْأُنْثَى وَالصَّغِيرِ وَالْكَبِيرِ مِنْ الْمُسْلِمِينَ وَأَمَرَ بِهَا أَنْ تُؤَدَّى قَبْلَ خُرُوجِ النَّاسِ إِلَى الصَّلَاةِ

Dari 'Abdullah bin 'Umar radhiyallahu 'anhuma berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mewajibkan zakat fithri satu sha' dari kurma atau satu sha' dari gandum (yang wajib dikeluarkan atas) setiap hamba sahaya (budak) maupun yang merdeka, laki-laki maupun perempuan, kecil maupun besar dari kaum muslimin. Dan beliau memerintahkan agar ditunaikan sebelum orang-orang berangkat untuk shalat hari raya (Idul Fitri).”
[HR al-Bukhari no. 1407, Abu Dawud no. 1373]

41

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ نَهَى عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الْفِطْرِ وَيَوْمِ الْأَضْحَى

Dari Abu Sa'id dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, bahwasanya beliau melarang puasa pada hari raya Iedul Fitri dan Iedul Adlha.
[HR al-Bukhari no. 1855, Ibnu Majah no. 1711]

42

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَغْدُو يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ تَمَرَاتٍ وَيَأْكُلُهُنَّ وِتْرًا

Dari Anas bin Malik, ia berkata, “Adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak berangkat shalat Idul Fitri sebelum makan beberapa butir kurma, dan beliau makan dengan jumlah ganjil”.
[HR al-Bukhari no. 900]

43

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ صِيَامٌ صَامَ عَنْهُ وَلِيُّهُ

Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa meninggal dunia dan memiliki hutang puasa maka walinya yang berpuasa untuknya”.
[HR al-Bukhari no. 1816, Muslim no. 1935]

44

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أُمِّي مَاتَتْ وَعَلَيْهَا صَوْمُ شَهْرٍ أَفَأَقْضِيهِ عَنْهَا فَقَالَ لَوْ كَانَ عَلَى أُمِّكَ دَيْنٌ أَكُنْتَ قَاضِيَهُ عَنْهَا قَالَ نَعَمْ قَالَ فَدَيْنُ اللَّهِ أَحَقُّ أَنْ يُقْضَى

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, ia berkata: Seorang laki-laki mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata, “Sesungguhnya ibuku telah meninggal, dan ia memiliki hutang puasa satu bulan. Apakah saya harus menunaikannya?” Beliau menjawab: “Seandainya ibumu memiliki hutang uang, apakah kamu harus membayarkannya?” Laki-laki itu menjawab, “Ya”. Beliau bersabda: “Maka hutang kepada Allah lebih berhak untuk dilunasi”.
[HR Muslim no. 1937, al-Bukhari no. 1817]

45

عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

Dari Abu Ayyub al-Anshari radhiyallahu 'anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian diiringinya dengan puasa enam hari di bulan Syawwal, adalah seperti berpuasa sepanjang masa”.
[HR Muslim no. 1984, at-Tirmidzi no. 690]

46

عَنْ سَهْلٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ فِي الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ يُقَالُ أَيْنَ الصَّائِمُونَ فَيَقُومُونَ لَا يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ فَإِذَا دَخَلُوا أُغْلِقَ فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ

Dari Sahal radhiyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Dalam surga ada sebuah pintu yang disebut ar-Rayyan. Orang-orang yang berpuasa akan masuk lewat pintu itu pada Hari Kiamat. Tidak seorang pun yang masuk lewat pintu itu selain mereka. Dikatakan, “Mana orang-orang yang berpuasa?” Maka berdirilah mereka, tidak seorang pun yang bisa masuk lewat pintu itu selain mereka. Maka bila mereka telah masuk, ditutuplah pintu itu sehingga tidak seorangpun yang bisa masuk lewat pintu itu.”
[HR al-Bukhari no. 1763, Muslim no. 1947]

40 Hadits Seputar Ramadhan (8)


35

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: “Barangsiapa yang menegakkan lailatul qadar (mengisi dengan ibadah) karena iman dan ihtisab (mencari pahala dari Allah), niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”.
[HR al-Bukhari no. 1768, Muslim no. 1268]

36

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ

Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha, isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beri'tikaf pada sepuluh hari yang akhir dari Ramadhan hingga Allah mewafatkannya. Kemudian isteri-isteri beliau beri'tikaf setelah kepergian beliau.
[HR al-Bukhari no. 1886, Muslim no. 2006]

37

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُجَاوِرُ فِي رَمَضَانَ الْعَشْرَ الَّتِي فِي وَسَطِ الشَّهْرِ فَإِذَا كَانَ حِينَ يُمْسِي مِنْ عِشْرِينَ لَيْلَةً تَمْضِي وَيَسْتَقْبِلُ إِحْدَى وَعِشْرِينَ رَجَعَ إِلَى مَسْكَنِهِ وَرَجَعَ مَنْ كَانَ يُجَاوِرُ مَعَهُ وَأَنَّهُ أَقَامَ فِي شَهْرٍ جَاوَرَ فِيهِ اللَّيْلَةَ الَّتِي كَانَ يَرْجِعُ فِيهَا فَخَطَبَ النَّاسَ فَأَمَرَهُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ قَالَ كُنْتُ أُجَاوِرُ هَذِهِ الْعَشْرَ ثُمَّ قَدْ بَدَا لِي أَنْ أُجَاوِرَ هَذِهِ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ فَمَنْ كَانَ اعْتَكَفَ مَعِي فَلْيَثْبُتْ فِي مُعْتَكَفِهِ وَقَدْ أُرِيتُ هَذِهِ اللَّيْلَةَ ثُمَّ أُنْسِيتُهَا فَابْتَغُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ وَابْتَغُوهَا فِي كُلِّ وِتْرٍ وَقَدْ رَأَيْتُنِي أَسْجُدُ فِي مَاءٍ وَطِينٍ فَاسْتَهَلَّتْ السَّمَاءُ فِي تِلْكَ اللَّيْلَةِ فَأَمْطَرَتْ فَوَكَفَ الْمَسْجِدُ فِي مُصَلَّى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةَ إِحْدَى وَعِشْرِينَ فَبَصُرَتْ عَيْنِي رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَظَرْتُ إِلَيْهِ انْصَرَفَ مِنْ الصُّبْحِ وَوَجْهُهُ مُمْتَلِئٌ طِينًا وَمَاءً

Dari Abu Sa'id al-Khudriy radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melaksanakan i'tikaf di bulan Ramadhan pada sepuluh malam pertengahan bulan. Kemudian ketika melewati malam ke dua puluh menjelang malam kedua puluh satu, beliau datang kembali ke tempat khusus i'tikaf beliau, dan kembali pula orang-orang yang tadi beri'tikaf bersama beliau. Dan pada malam beliau kembali beri'tikaf di bulan tersebut, beliau berdiri dan menyampaikan khuthbah di hadapan orang-orang, lalu memerintahkan mereka mengikuti apa yang Allah kehendaki. Kemudian beliau bersabda: “Aku sudah melaksanakan i'tikaf pada sepuluh malam sebelumnya dari bulan ini kemudian dinampakkan kepadaku agar beri'tikaf pada sepuluh hari terakhir. Maka siapa yang telah beri'tikaf bersamaku tetaplah pada tempatnya beri'tikaf. Sungguh telah diperlihatkan kepadaku tentang malam Lailatul Qadar namun aku dilupakan waktunya yang pasti. Maka carilah pada sepuluh malam-malam akhir dan carilah pada malam yang ganjil. Sungguh aku melihat diriku sujud diatas air dan tanah.” Kemudian langit tampak mendung pada malam itu lalu turunlah hujan hingga masjid bocor dan mengenai tempat shalat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pada malam kedua puluh satu. Maka mataku memandang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan aku melihat beliau setelah Shubuh, sedang wajah beliau penuh dengan tanah dan air.”
[HR al-Bukhari no. 1879, Muslim no. 1993]

38

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ

Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata, “Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bila memasuki sepuluh (yang akhir dari Ramadhan), beliau mengencangkan sarung beliau, menghidupkan malamnya (dengan ibadah) dan membangunkan keluarganya (untuk shalat malam”.
[HR al-Bukhari no. 1884, Ahmad no. 23241]

39

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِلْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ يَعْنِي لَيْلَةَ الْقَدْرِ فَإِنْ ضَعُفَ أَحَدُكُمْ أَوْ عَجَزَ فَلَا يُغْلَبَنَّ عَلَى السَّبْعِ الْبَوَاقِي

Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Carilah ia pada sepuluh terakhir (Ramadhan), yakni Lailatul Qadr. Maka jika salah seorang dari kalian tidak sempat atau tidak mampu, maka jangan sampai terlewatkan pada tujuh malam terakhir.”
[HR Muslim no. 1989, Ahmad no. 1056]

10 Ilusi Optik Pilihan (2)

1. Tampak seperti berputar dan seperti tali yang bersambung

2. Tampak seperti ada tonjolan bulat yang keluar dari tengah gambar, padahal semua polanya adalah kotak-kotak dengan garis vertikal maupun horisontal yang tegak lurus 90 derajat.

3. Percayakah anda bahwa kedua bulatan jingga itu sama besar? Silakan diukur dengan alat!

4. Bulatan di tengah tampak seperti berkilauan dan bergoyang

5. Bagian yang anda kira berwarna biru dan hijau itu sebenarnya hanyalah satu warna yang sama.

6. Buih yang bergerak-gerak?

7. Elusive Arch (Lengkungan Elusif)


Shading is a powerful way to represent the relief of 3-dimensional objects in pictures. However, the way our vision interprets shaded images depends on the shape of their contours. Here two different contours of the same shading pattern convey two different reliefs, joined into an impossible object.
Shading merupakan cara yang ampuh untuk merepresentasikan relief objek 3 dimensi dalam gambar. Namun, cara penglihatan kita menginterpretasikan gambar yang diarsir tergantung pada bentuk konturnya. Di sini dua kontur berbeda dari pola arsiran yang sama menyampaikan dua relief berbeda, digabungkan menjadi objek yang mustahil.

8. Healing Grid (Kotak yang Memulih)

The image is regular at the center, but the grid pattern is less regular at the peripheral parts of the images (both on the left and right edges). As you stare at the center of the grid for say 20 seconds, the regularity of the grid pattern at the center spreads into the irregular parts in the periphery. This illusion seems to indicate the preference of the visual brain to see regular patterns.
Gambar teratur di tengah, tetapi pola grid kurang teratur di bagian tepi gambar (baik di tepi kiri dan kanan). Saat Anda menatap pusat kisi selama 20 detik, keteraturan pola kisi di tengah menyebar ke bagian tidak beraturan di pinggiran. Ilusi ini tampaknya menunjukkan preferensi otak visual untuk melihat pola yang teratur.

9. Coffer Illusion (Ilusi Peti)

First time viewers of this display invariably do not see the 16 circles segmented from the background. Rather, they see a series of rectangles that they frequently describe as “door panels”. The illusion pits segmentation cues against what appears to be a very strong prior to interpret the image as a series of 3-D structures “coffers” with closed boundaries. (A coffer is a decorative sunken panel.) It appears that the prior involves both closure and shape-from shading assumptions. The Coffer Illusion is a variation on Gianni Sarcone’s “Op Art illusion”.
Pertama kali orang yang melihat dari tampilan ini selalu tidak melihat 16 lingkaran yang tersegmentasi dari latar belakang. Sebaliknya, mereka melihat serangkaian persegi panjang yang sering mereka gambarkan sebagai "panel pintu". Segmentasi lubang ilusi memberi isyarat terhadap apa yang tampaknya sangat kuat sebelum menafsirkan gambar sebagai serangkaian "pundi-pundi" struktur 3-D dengan batas tertutup. (Peti adalah panel cekung dekoratif.) Tampaknya sebelumnya melibatkan asumsi penutupan dan bentuk-dari naungan. The Coffer Illusion adalah variasi dari "ilusi Seni Op" Gianni Sarcone.

10. Clones and Donors Have Opposite Inclinations (in Vision). Klon dan Donor Memiliki Kecenderungan Berlawanan (dalam Penglihatan)

Fig. 1 and Fig. 2 show the same inducing pattern. However, if the blue lines in fig 1 are seen as donors, we can easily appreciate that when they give birth to two clones as in fig 2, these clones grow apart and they show a diametrically opposed inclination: convex lines become concave and concave lines becomes convex. A clone for each donor is sufficient to produce the effect.
Gambar 1 dan Gambar 2 menunjukkan pola induksi yang sama. Namun, jika garis biru pada gambar 1 dilihat sebagai donor, kita dapat dengan mudah menghargai bahwa ketika mereka melahirkan dua klon seperti pada gambar 2, klon ini tumbuh terpisah dan mereka menunjukkan kecenderungan berlawanan secara diametral: garis cembung menjadi garis cekung dan cekung. menjadi cembung. Klon untuk setiap donor cukup untuk menghasilkan efek.



The Prehistoric Period (Zaman Prasejarah)

The Prehistoric period of human history, before written records were kept, is often divided into three main eras: the Stone Age, the Bronze ...